Investasi Mental Pancasila di Pedesaan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Bangsa kita merupakan salah satu bagian dari bangsa – bangsa di dunia yang sangat beruntung dan disegani karena kekayaan alam dan keanekaragaman budaya, suku, adat istiadat, bahasa serta agama dan kepercayaannya. Hal demikian merupakan sesuatu yang sangat langka dan jarang di temukan serta di miliki bangsa - bangsa lain di dunia ini. Pluralisme dan heterogenisme yang ada di negara ini sejatinya merupakan aset terbesar yang dimiliki negara kita sebagai pondasi untuk dapat berkembang dan maju sehingga mampu bersaing dengan negara – negara lain.
Setiap
keanekaragaman yang tersemat di negeri ini haruslah selalu dirawat dan dijaga
sehingga akan menumbuhkan persatuan dan kerukunan yang ada. Dimana pada
hakikatnya persatuan dan kerukunan bangsa ini telah ada sejak dari jaman nenek
moyang kita. Hal ini ditandai dengan masih hidupnya kelompok – kelompok
masyarakat primordial di negara ini.
Suku – suku, trah, paguyuban merupakan tanda adanya unsur kebersamaan yang
mampu menyatukan pada masa itu. Dalam konsep yang lebih luas, rasa kebersamaan
dan kegotong royongan mendorong timbulnya kerukunan hidup dalam masyarakat yang diwujudkan dalam
negara kesatuan Indonesia.
Hal ini
mungkin masih bisa kita rasakan khususnya bagi warga masyarakat yang tinggal di
daerah pedesaan dan pinggiran. Desa pada awalnya terbentuk dari adanya unsur kekerabatan
dan kekeluargaan, yang mana unsur tersebut merupakan pembentuk dari Pancasila.
Selain itu dalam pemilihan pemimpin diantara mereka selalu mengedepankan sifat
saling mencari titik temu melalui sebuah rapat atau rembug. Sifat inilah yang
akhirnya menjadi cikal bakal lahirnya demokrasi di pedesaan, yang mengedepankan
unsur dialog dan musyawarah - mufakat.
Namun sungguh
sangat disayangkan apabila kita melihat fenomena yang ada di era sekarang
dimana kerukunan, kekeluargaan dan kegotong royongan yang harusnya menjadi
pondasi utama dalam setiap gerak langkah setiap individu dalam berbangsa dan
bernegara mulai memudar. Lebih daripada itu hal tersebut mengarah pada kondisi
yang mengkwatirkan serta patut kita waspadai akan hilangnya nilai – nilai luhur
yang ada pada jiwa Pancasila terutama pada sisi implementasinya. Generasi
sekarang banyak memaknai Pancasila hanya sebagai simbol, slogan dan pajangan
semata namun jauh dari pada pelaksanaan nilai – nilai yang terkandung
didalamnya.
Hal serupa
terjadi pula di daerah pedesaan dan pinggiran, selama ini sifat warga
masyarakat yang penuh dengan rasa kebersamaan, toleransi, rukun dan guyub,
perlahan mulai redup. Masuknya budaya luar desa membawa pengaruh terhadap nilai
– nilai yang sudah berjalan selama ini di desa - desa. Hal ini ditandai dengan
berkurangnya sikap tolong menolong, berkembangnya budaya individualisme yang
dipengaruhi gaya hidup keduniawian (hedonisme)
yang berakibat kurangnya rasa kebersamaan dan yang paling dikwatirkan adalah
terhempasnya nilai – nilai persatuan dan kesatuan dalam warga masyarakat. Jika pun
saat ini masih ada semangat gotong royong di masyarakat biasanya hanya pada
saat adanya musibah atau bencana, semisal kematian atau bencana alam yang
disebabkan faktor eksternal.
Mulai
lunturnya nilai – nilai luhur yanga di desa, akan membawa pengaruh terhadap
ketahanan ideologibangsa kita. Sungguh sangat memprihatinkan serta
mengkwatirkan akan hilangnya kepribadian bangsa ini yang penuh dengan keluhuran
budi pekerti, etika dan moralitas individu dalam bernegara. Isu radikalisme,
terorisme kian hari semakin menjadi belum lagi masalah korupsi yang terus
menyelimuti penegakan hukum yang seakan tak kunjung usai, kenakalan remaja yang
kian menjadi karena pengaruh globalisasi jaman juga semakin parah. Belum lagi
persoalan penyalahgunaan medsos dalam dunia maya semakin jelas ada dengan
banyaknya konten pornografi, ujaran kebencian, penipuan dan lain sebagainya. Semuanya
bermuara pada satu hal yakni adanya degradasi moral dan mental yang telah
merasuki pikiran dari setiap individu bangsa.
Turun tajamnya moral dan mental bangsa ini tidaklah datang dengan tiba – tiba namun hukum sebab akibat berlaku dalam hal ini. Hilangnya kesadaran berbangsa dan bernegara membawa setiap individu pada kebebasan yang bergerak pada arah liberalisme. Kebebasan yang berkembang saat ini seolah kebebasan yang tanpa batas dan tanggung jawab. Nilai – nilai luhur dalam Pancasila hanyalah sebagai slogan dan simbol semata, tanpa adanya penghayatan apalagi implementasi yang nyata dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kembali Pada Pancasila
Persatuan dan
kesatuan yang selalu di gemakan di pelosok desa – desa jika dimaknai hanya dari
luarnya saja, akan membawa petaka bagi kita semua nantinya. Pentingnya memaknai
secara komprehensif dan mendalam serta mengimplementasikan dalam kehidupan yang
nyata merupakan langkah yang tepat. Kerukunan yang akan menghasilkan persatuan dalam
bermasyarakat selama ini hanya bisa dirasakan namun kadang sulit untuk merawatnya.
Kerukanan membawa dampak pada persatuan bangsa dan akan menjauhkan dari disintegrasi dan terpecahnya warga desa.
Selain itu akan berpengaruh dalam semua bidang kehidupan, baik ekonomi, politik,
keamanan maupun sosial.
Sudah berkali
– kali dan dalam setiap kesempatan para elit politik menyerukan agar adanya
perbaikan moral dan mental bangsa kita, tidak ketinggalan Presiden Jokowi
sendiri selalu menekankan pentingnya moral dalam berbangsa melalui gerakan revolusi mental nya. Namun nampaknya hal
demikian belumlah menampakkan hasil yang signifikan. Oleh karena itu perlu
dibuat langkah - langkah yang terobosan yang bersifat progresif guna
mewujudkannya. Dengan adanya jalan terobosan tersebut diharapkan akan merubah
moral bangsa kearah lebih baik.
Secara tidak
langsung memperbaiki mental dan moral bagi segenap warga dan pemerintah desa merupakan
suatu investasi tersendiri bagi kelangsungan kehidupan yang harmonis nanti
kedepannya. Memang investasi tersebut mungkin tidak secara langsung dapat kita
nikmati saat ini, namun investasi kerukunan dan persatuan bangsa yang ada pada
Pancasila akan kita rasakan hasilnya nanti pada masa yang akan datang. Mungkin
ada beberapa hal yang perlu dilakukan guna percepatan dalam perbaikan moral dan
mental warga sebagai investasi masa depan bangsa Indonesia yang lebih baik.
Yang pertama optimalisasi Unit Kerja
Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) yang saat ini berubah menjadi
BPIP ( Badan Pembinaan Ideologi Pancasila ). Pada
masa Orba kita mengenal adanya penataran P4 dimana setiap warga, siswa maupun mahasiswa
baru wajib mengikutinya. Selain itu pola penataran dan penyuluhan P4 juga di
gelar dan digalakkan di masyarakat desa – desa saat itu. Namun yang menjadi
masalah, hal itu semua dilakukan pemerintah Orba sebagai salah satu sarana
kampanye terselubung pemerintah guna memperkuat posisi mereka di area politik.
Saatnya sekarang BPIP melakukan langkah nyata guna menyelamatkan moral dan
mental bangsa kita daripada keterpurukan yang semakin dalam. BPIP haruslah
bersifat responsif dalam menangani setiap isu yang berkembang terkait masalah
ideologi bangsa kita, jadi bukan hanya pasif semata.
Yang kedua dengan menggandeng tokoh
masyarakat desa untuk memasukkan nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan sehari
– hari. Tokoh masyarakat desa yang berasal dari para tokoh agama, tokoh
pendidikan, tokoh perempuan, tokoh pemuda, tokoh kaum petani suaranya lebih di
dengar warga dibanding suara pemerintah desa maupun diatasnya. Unsur ketokohan
masih sangat berpengaruh terhadap warga desa.
Yang ketiga dengan menggalakkan dan
mempopulerkan pentingnya nilai – nilai Pancasila pada warga masyarakat. Hal ini
dapat dilakukan dalam bentuk sosialisasi, seminar, dialog, loka karya mimbar
bebas dan lainnya dengan cara yang lebih kekinian dengan lebih inovatif dan
kreatif. Selain itu dapat dilakukan dengan menggandeng dari civitas kampus dan
penguasa setempat (Pemda) untuk berperan aktif mengadakan kegiatan yang
bertujuan menguatkan ideologi Pancasila di masyarakat luas. Dengan adanya
penguatan nilai Pancasila di masyarakat maka warga masyarakat paham dan sadar
begitu pentingnya Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dan yang ke empat dengan memberikan
pembekalan terhadap para calon pemimpin dan perangkat desa terkait pentingnya
nilai – nilai Pancasila. Ada hal positif di saat masa Orde Baru berkuasa di
mana pada setiap saat sering diadakan penataran terkait sikap hidup dan
perilaku yang berdasar Pancasila. Sebelum seseorang memangku jabatan atau masuk
kedinasan, peserta wajib mengikuti berbagai penataran yang bersertifikat akan
pentingnya Pancasila. Saya masih ingat bagaimana para Kepala Desa dan Perangkat
desa pada masa itu wajib mengikuti penataran P4 yang dilakukan oleh pemerintah
sebelum memangku jabatannya. Penataran tersebut memiliki arti yang sangat
penting, apalagi para pemimpin merupakan sosok panutan bagi warga masyarakat
dan bawahannya.
Dengan menerapkan
nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan sehari – hari, maka persoalan moral,
etika dan mental bangsa akan mampu teratasi. Dan kuncinya adalah pada kemauan
kita bersama untuk melakukannya tanpa ada motif apapun selain munculnya
generasi – genarasi yang bermental dan bermoral Pancasila nantinya. Saatnya
Pancasila bukan hanya sebagai slogan semata, namun lebih dari itu Pancasila
harus mampu dimaknai bagi setiap warga negara dengan berperilaku hidup sesuai
Pancasila.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar