“Jalan Besar” Wisata Lokal Pedesaan

Gambar
Musim liburan sebentar lagi tiba, baik liburan karena anak sekolah maupun libur karena hari besar keagamaan yang pasti semua akan dinantikan bagi setiap warga Indonesia. Hal ini tidaklah berlebihan mengingat di hari libur nan indah tersebut, banyak moment – moment yang mampu di lakukan warga masyarakat. Selain menjadi ajang silaturahim sebagai bentuk hubungan baik dengan keluarga, liburan biasanya dijadikan moment warga kota untuk dapat pulang ke tanah kelahirannya di desa – desa. Dalam memanfaatkan moment kebersamaan antar anggota keluarga maupun ajang silaturahim antar warga, tidaklah jarang warga masyarakat mencari tempat berkumpul yang agak nyaman terutama bagi keluarga besar yang memang berniat menjadikan moment liburan sebagai ajang reuni dan silaturahim. Selain tempat yang lapang dengan suasana yang berbeda, anggota keluarga juga dapat menjadikan sarana refreshing dalam pertemuan tersebut. Oleh karena itu biasanya warga menjadikan area wisata lokal sebagai destinasi dalam ...

Investasi Mental Pancasila di Pedesaan


Bangsa kita merupakan salah satu bagian dari bangsa – bangsa di dunia yang sangat beruntung dan disegani karena kekayaan alam dan keanekaragaman budaya, suku, adat istiadat, bahasa serta agama dan kepercayaannya. Hal demikian merupakan sesuatu yang sangat langka dan jarang di temukan serta di miliki bangsa - bangsa lain di dunia ini. Pluralisme dan heterogenisme yang ada di negara ini sejatinya merupakan aset terbesar yang dimiliki negara kita sebagai pondasi untuk dapat berkembang dan maju sehingga mampu bersaing dengan negara – negara lain.

Setiap keanekaragaman yang tersemat di negeri ini haruslah selalu dirawat dan dijaga sehingga akan menumbuhkan persatuan dan kerukunan yang ada. Dimana pada hakikatnya persatuan dan kerukunan bangsa ini telah ada sejak dari jaman nenek moyang kita. Hal ini ditandai dengan masih hidupnya kelompok – kelompok masyarakat primordial di negara ini. Suku – suku, trah, paguyuban merupakan tanda adanya unsur kebersamaan yang mampu menyatukan pada masa itu. Dalam konsep yang lebih luas, rasa kebersamaan dan kegotong royongan mendorong timbulnya kerukunan  hidup dalam masyarakat yang diwujudkan dalam negara kesatuan Indonesia.

Hal ini mungkin masih bisa kita rasakan khususnya bagi warga masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan dan pinggiran. Desa pada awalnya terbentuk dari adanya unsur kekerabatan dan kekeluargaan, yang mana unsur tersebut merupakan pembentuk dari Pancasila. Selain itu dalam pemilihan pemimpin diantara mereka selalu mengedepankan sifat saling mencari titik temu melalui sebuah rapat atau rembug. Sifat inilah yang akhirnya menjadi cikal bakal lahirnya demokrasi di pedesaan, yang mengedepankan unsur dialog dan musyawarah - mufakat.

Namun sungguh sangat disayangkan apabila kita melihat fenomena yang ada di era sekarang dimana kerukunan, kekeluargaan dan kegotong royongan yang harusnya menjadi pondasi utama dalam setiap gerak langkah setiap individu dalam berbangsa dan bernegara mulai memudar. Lebih daripada itu hal tersebut mengarah pada kondisi yang mengkwatirkan serta patut kita waspadai akan hilangnya nilai – nilai luhur yang ada pada jiwa Pancasila terutama pada sisi implementasinya. Generasi sekarang banyak memaknai Pancasila hanya sebagai simbol, slogan dan pajangan semata namun jauh dari pada pelaksanaan nilai – nilai yang terkandung didalamnya.

Hal serupa terjadi pula di daerah pedesaan dan pinggiran, selama ini sifat warga masyarakat yang penuh dengan rasa kebersamaan, toleransi, rukun dan guyub, perlahan mulai redup. Masuknya budaya luar desa membawa pengaruh terhadap nilai – nilai yang sudah berjalan selama ini di desa - desa. Hal ini ditandai dengan berkurangnya sikap tolong menolong, berkembangnya budaya individualisme yang dipengaruhi gaya hidup keduniawian (hedonisme) yang berakibat kurangnya rasa kebersamaan dan yang paling dikwatirkan adalah terhempasnya nilai – nilai persatuan dan kesatuan dalam warga masyarakat. Jika pun saat ini masih ada semangat gotong royong di masyarakat biasanya hanya pada saat adanya musibah atau bencana, semisal kematian atau bencana alam yang disebabkan faktor eksternal.

Mulai lunturnya nilai – nilai luhur yanga di desa, akan membawa pengaruh terhadap ketahanan ideologibangsa kita. Sungguh sangat memprihatinkan serta mengkwatirkan akan hilangnya kepribadian bangsa ini yang penuh dengan keluhuran budi pekerti, etika dan moralitas individu dalam bernegara. Isu radikalisme, terorisme kian hari semakin menjadi belum lagi masalah korupsi yang terus menyelimuti penegakan hukum yang seakan tak kunjung usai, kenakalan remaja yang kian menjadi karena pengaruh globalisasi jaman juga semakin parah. Belum lagi persoalan penyalahgunaan medsos dalam dunia maya semakin jelas ada dengan banyaknya konten pornografi, ujaran kebencian, penipuan dan lain sebagainya. Semuanya bermuara pada satu hal yakni adanya degradasi moral dan mental yang telah merasuki pikiran dari setiap individu bangsa.

Turun tajamnya moral dan mental bangsa ini tidaklah datang dengan tiba – tiba namun hukum sebab akibat berlaku dalam hal ini. Hilangnya kesadaran berbangsa dan bernegara membawa setiap individu pada kebebasan yang bergerak pada arah liberalisme. Kebebasan yang berkembang saat ini seolah kebebasan yang tanpa batas dan tanggung jawab. Nilai – nilai luhur dalam Pancasila hanyalah sebagai slogan dan simbol semata, tanpa adanya penghayatan apalagi implementasi yang nyata dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Kembali Pada Pancasila

Persatuan dan kesatuan yang selalu di gemakan di pelosok desa – desa jika dimaknai hanya dari luarnya saja, akan membawa petaka bagi kita semua nantinya. Pentingnya memaknai secara komprehensif dan mendalam serta mengimplementasikan dalam kehidupan yang nyata merupakan langkah yang tepat. Kerukunan yang akan menghasilkan persatuan dalam bermasyarakat selama ini hanya bisa dirasakan namun kadang sulit untuk merawatnya. Kerukanan membawa dampak pada persatuan bangsa dan akan menjauhkan dari disintegrasi dan terpecahnya warga desa. Selain itu akan berpengaruh dalam semua bidang kehidupan, baik ekonomi, politik, keamanan maupun sosial.

Sudah berkali – kali dan dalam setiap kesempatan para elit politik menyerukan agar adanya perbaikan moral dan mental bangsa kita, tidak ketinggalan Presiden Jokowi sendiri selalu menekankan pentingnya moral dalam berbangsa melalui gerakan revolusi mental nya. Namun nampaknya hal demikian belumlah menampakkan hasil yang signifikan. Oleh karena itu perlu dibuat langkah - langkah yang terobosan yang bersifat progresif guna mewujudkannya. Dengan adanya jalan terobosan tersebut diharapkan akan merubah moral bangsa kearah lebih baik.

Secara tidak langsung memperbaiki mental dan moral bagi segenap warga dan pemerintah desa merupakan suatu investasi tersendiri bagi kelangsungan kehidupan yang harmonis nanti kedepannya. Memang investasi tersebut mungkin tidak secara langsung dapat kita nikmati saat ini, namun investasi kerukunan dan persatuan bangsa yang ada pada Pancasila akan kita rasakan hasilnya nanti pada masa yang akan datang. Mungkin ada beberapa hal yang perlu dilakukan guna percepatan dalam perbaikan moral dan mental warga sebagai investasi masa depan bangsa Indonesia yang lebih baik.

Yang pertama optimalisasi Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) yang saat ini berubah menjadi BPIP ( Badan Pembinaan Ideologi Pancasila ). Pada masa Orba kita mengenal adanya penataran P4 dimana setiap warga, siswa maupun mahasiswa baru wajib mengikutinya. Selain itu pola penataran dan penyuluhan P4 juga di gelar dan digalakkan di masyarakat desa – desa saat itu. Namun yang menjadi masalah, hal itu semua dilakukan pemerintah Orba sebagai salah satu sarana kampanye terselubung pemerintah guna memperkuat posisi mereka di area politik. Saatnya sekarang BPIP melakukan langkah nyata guna menyelamatkan moral dan mental bangsa kita daripada keterpurukan yang semakin dalam. BPIP haruslah bersifat responsif dalam menangani setiap isu yang berkembang terkait masalah ideologi bangsa kita, jadi bukan hanya pasif semata.

Yang kedua dengan menggandeng tokoh masyarakat desa untuk memasukkan nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan sehari – hari. Tokoh masyarakat desa yang berasal dari para tokoh agama, tokoh pendidikan, tokoh perempuan, tokoh pemuda, tokoh kaum petani suaranya lebih di dengar warga dibanding suara pemerintah desa maupun diatasnya. Unsur ketokohan masih sangat berpengaruh terhadap warga desa.

Yang ketiga dengan menggalakkan dan mempopulerkan pentingnya nilai – nilai Pancasila pada warga masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dalam bentuk sosialisasi, seminar, dialog, loka karya mimbar bebas dan lainnya dengan cara yang lebih kekinian dengan lebih inovatif dan kreatif. Selain itu dapat dilakukan dengan menggandeng dari civitas kampus dan penguasa setempat (Pemda) untuk berperan aktif mengadakan kegiatan yang bertujuan menguatkan ideologi Pancasila di masyarakat luas. Dengan adanya penguatan nilai Pancasila di masyarakat maka warga masyarakat paham dan sadar begitu pentingnya Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dan yang ke empat dengan memberikan pembekalan terhadap para calon pemimpin dan perangkat desa terkait pentingnya nilai – nilai Pancasila. Ada hal positif di saat masa Orde Baru berkuasa di mana pada setiap saat sering diadakan penataran terkait sikap hidup dan perilaku yang berdasar Pancasila. Sebelum seseorang memangku jabatan atau masuk kedinasan, peserta wajib mengikuti berbagai penataran yang bersertifikat akan pentingnya Pancasila. Saya masih ingat bagaimana para Kepala Desa dan Perangkat desa pada masa itu wajib mengikuti penataran P4 yang dilakukan oleh pemerintah sebelum memangku jabatannya. Penataran tersebut memiliki arti yang sangat penting, apalagi para pemimpin merupakan sosok panutan bagi warga masyarakat dan bawahannya.

Dengan menerapkan nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan sehari – hari, maka persoalan moral, etika dan mental bangsa akan mampu teratasi. Dan kuncinya adalah pada kemauan kita bersama untuk melakukannya tanpa ada motif apapun selain munculnya generasi – genarasi yang bermental dan bermoral Pancasila nantinya. Saatnya Pancasila bukan hanya sebagai slogan semata, namun lebih dari itu Pancasila harus mampu dimaknai bagi setiap warga negara dengan berperilaku hidup sesuai Pancasila.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembangunan Desa ; Harapan dan Tantangan

Inovasi Desa Lamahu di Gorontalo dengan Lamahu Command Center

“Embung Manajar” Surga Pelancong di Lereng Merbabu