“Jalan Besar” Wisata Lokal Pedesaan

Gambar
Musim liburan sebentar lagi tiba, baik liburan karena anak sekolah maupun libur karena hari besar keagamaan yang pasti semua akan dinantikan bagi setiap warga Indonesia. Hal ini tidaklah berlebihan mengingat di hari libur nan indah tersebut, banyak moment – moment yang mampu di lakukan warga masyarakat. Selain menjadi ajang silaturahim sebagai bentuk hubungan baik dengan keluarga, liburan biasanya dijadikan moment warga kota untuk dapat pulang ke tanah kelahirannya di desa – desa. Dalam memanfaatkan moment kebersamaan antar anggota keluarga maupun ajang silaturahim antar warga, tidaklah jarang warga masyarakat mencari tempat berkumpul yang agak nyaman terutama bagi keluarga besar yang memang berniat menjadikan moment liburan sebagai ajang reuni dan silaturahim. Selain tempat yang lapang dengan suasana yang berbeda, anggota keluarga juga dapat menjadikan sarana refreshing dalam pertemuan tersebut. Oleh karena itu biasanya warga menjadikan area wisata lokal sebagai destinasi dalam ...

Modernitas Alat Pertanian di Pedesaan

Negara kita adalah negara agraris, jika mengutip dari syair Koes Plus “Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman” maka benar adanya dan sudah selayaknya para petani menjadi tuan di negeri sendiri. Kita ingat dalam sejarah, Bangsa Eropa datang ke Nusantara awalnya hanya sekedar mengambil kekayaan alam semata. Hal demikian tidaklah mengherankan karena sebagian wilayah daratan Indonesia pada dasarnya berada di wilayah pinggiran pedesaan dengan kekayaan alam yang luar biasa. Di masa lalu tidaklah aneh kita sering melihat penduduk desa pergi kesawah, kebun atau ladang dengan menenteng cangkul dan parang untuk mengolah sawah dan ladangnya.

Namun demikian pemandangan tersebut saat ini menjadi suatu hal yang langka, saya yang baru pindah dari ibu kota dan menetap di desa sangat jarang menemukan generasi muda pergi ke sawah atau ladang. Kalaupun ada maka orang – orang yang sudah lanjut seperti ayah saya yang sudah berusia hampir 90 an tahun mengurus sawah dan kebun. Sawah dan kebun bagi generasi muda tampaknya belumlah menarik untuk dijadikan obyek mata pencaharian. Generasi muda lebih banyak beralih menekuni pekerjaan lainnya, bagi mereka sawah dan ladang merupakan suatu yang “kuno” dan kurang menjanjikan.

Menurut Selo Sumarjan, masyarakat petani cenderung digolongkan pada masyarakat yang bersifat tradisionalistik dimana mereka dalam kehidupannya lebih mengedepankan aspek “sosio – religius” dalam arti semua kehidupan dipasrahkan pada Tuhan sebagai Sang Pencipta. Pada masyarakat pertanian yang bersifat tradisionalistik dapat ditandai dari beberapa hal yakni :
  1.  Penggunaan tenaga kerja manusia masih dominan.
  2.  Masih bergantung pada kondisi alam dan cuaca
  3.  Belum banyak mengenal pembagian dalam kerja
  4.  Masih adanya ikatan tradisi yang kuat serta hubungan sosial masyarakatnya                 bersifat  kekerabatan.
Hasil gambar untuk Peralatan pertanian modern
Alat mesin tanam padi

Perkembangan jaman dan perubahan struktural sosial masyarakat pedesaan berdampak pada perubahan struktur petani pedesaan dan salah satunya terjadi perubahan fundamental dalam pertanian di desa saat ini dengan ditandai mulai sulitnya mencari tenaga kerja dalam bidang pertanian. Petani generasi tua mulai berkurang tenaga serta daya pikirnya, sedangkan petani generasi muda mulai hilang dari pedesaan, mereka cenderung lebih memilih bekerja di sektor – sektor lainnya semisal pabrik, penjaga toko maupun sektor informal lainnya. Selain itu generasi muda pedesaan banyak yang meniggalkan kampung halamannya, menuju kota yang lebih menjanjikan dalam hal penghasilan dan pendapatan.


Kelompok Tani dan Modernitas Alat Pertanian
Melihat gejala tersebut, pemerintah dalam hal ini kementerian pertanian tidaklah tinggal diam. Hal tersebut direspon cepat oleh pihak instansi terkait dengan membuat sejumlah program pada sektor pertanian dan satu diantaranya adalah dengan memasukkan teknologi pertanian dalam mengelola tanah maupun tanaman. Terkait perihal minimnya generasi petani yang ada , pemerintah saat ini membuat kebijakan dengan memberikan bantuan berupa alat mesin pertanian (alsintan). Namun alsintan sendiri sampai saat ini belum maksimal dalam mendongkrak produktifitas hasil pertanian. Ada beberapa kendala yang terjadi terkait dengan bantuan alsintan itu sendiri, antara lain pertama masih minimnya pengetahuan petani dalam penggunaan alat tersebut, yang kedua petani cenderung belum yakin terhadap efektivitas keberhasilan dari alat tersebut, dan yang ketiga masih minimnya tenaga penyuluh dari instansi terkait penggunaan alat tersebut.

Menurut “Parsons” perubahan sosial  yang ada di masyarakat pedesaan haruslah di imbangi dengan suatu proses penyesuaian (adaptasi). Selain itu perubahan di pedesaan biasanya bersifat gradual (bertahap) yang berdampak pada proses penyesuaian yang bersifat lambat juga, petani desa tidak bisa dengan cepat menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Begitu pula dalam hal penggunaan alsintan, diperlukan proses untuk penyesuaian terhadap kebiasaan petani. Misalnya jika sebelumnya petani memanen padi dengan cara tradisional (pakai arit) maka untuk dapat menggunakan mesin pemotong padi haruslah di ajarkan secara bertahap dan perlu suatu pembuktian. Begitu juga dengan alat – alat pertanian yang lain, semisal mesin penanam padi, mesin perontok gabah, mesin pengolah tanah dan lain sebagainya.

Peran daripada Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) juga sangat penting, biasanya para PPL dari instansi terkait akan bersemangat datang dan turun kesawah jika akan ada kunjungan dari pejabat, maupun terdapat acara tertentu. Pada hari – hari biasa mereka jarang turun tangan (hands on) langsung terhadap kendala yang di hadapi petani. Disini diperlukan intensitas dan konsistensi dari para penyuluh pertanian untuk secara kontinyu memantau, semisal dengan adanya jadwal kunjungan tetap, sehingga jika terdapat kendala pada mesin maupun terkait alsintan dapat membantu para petani. Dengan intensitas kunjungan di harapkan mampu merespon setiap masukan dari petani termasuk dalam memaksimalkan penggunaan alsintan itu sendiri.

Selain itu peran daripada serikat / kelompok tani di desa juga sangatlah vital. Penyuluh pertanian datang ke suatu desa tidak mungkin memberikan penyuluhan yang bersifat individu, dan lebih efektif jika di lakukan dalam kelompok / serikat tani. Lebih dari itu dengan adanya kelompok tani, maka akan di dapatkan cara bertani yang baik termasuk efektifitas dari alsintan. Hal demikian telah dirasakan Tukiyem seorang petani desa Blembem, Kecamatan Jambon, Ponorogo dimana setelah bergabung dengan Serikat Petani Indonesia (SPI) Cabang Ponorogo dimana dirinya mampu mewakili petani Indonesia untuk berdialog di ajang Internasional seperti di India, Filipina dan terakhir Juni 2017 lalu di Sri langka. Menurut Tukiyem, keberhasilan pergi ke Luar negeri tersebut tidak lepas dari adanya serikat / kelompok petani dimana dengan adanya serikat tani maka akan mempermudah memperoleh pelatihan cara bertani yang baik. (Solopos.com/28-08-2017)

Senada dengan hal tersebut, dengan adanya kelompok tani di harapkan pemerintah daerah maupun instansi terkait akan mempermudah dalam pemberian bantuan, baik berupa modal maupun alat – alat pertanian yang akan membawa pengaruh terhadap produktivitas hasil panen nantinya. Hal ini sudah dirasakan bagi petani di delapan desa wilayah DIY yakni Dadapayu,Pundungsari (Gunung Kidul), Taman tirto, Jagalan (Bantul), Margoagung, Wukirharjo (Sleman), Hargomulyo, Pagerharjo (Kulonprogo). Desa – desa tersebut menjadi percontohan bagi desa lain di DIY dalam ketahanan pangan dimana desa – desa tersebut tadinya termasuk desa rawan pangan. (Solopos.com/28-09-2017)

Dengan beberapa langkah tersebut, diharapkan program modernitas  alat – alat pertanian melalui kelompok tani tidak akan berjalan ditempat dan muspro, namun akan mampu meningkatkan gairah anak muda desa dalam mengelola lahan sawah dan produktifitas hasil pertanian akan meningkat. Selain itu dengan adanya modernitas pertanian yang ada di pedesaan akan meningkatkan kesejehteraan bagi petani desa pada khususnya dan akan mampu mengatasi kelangkaan hasil produksi pertanian, sehingga pemerintah tidak perlu sering melakukan import hasil pertanian dari negara lain karena adanya ketahanan pangan di dalam negeri. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembangunan Desa ; Harapan dan Tantangan

Inovasi Desa Lamahu di Gorontalo dengan Lamahu Command Center

“Embung Manajar” Surga Pelancong di Lereng Merbabu