Pentingnya Modal Sosial Dalam Pembangunan Desa
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Desa – desa di Nusantara sungguh sangat kaya akan berbagai potensi lokal, baik yang berupa fisik maupun non fisik. Jika desa – desa mampu memaksimalkan potensi tersebut tidak ayal lagi desa – desa yang tadinya identik dengan kemiskinan, pengangguran dan keterbelakangan akan menjelma menjadi desa yang kuat, berdaya saing dan desa mandiri. Sedangkan salah satu potensi yang ada di pedesaan yakni adanya modal sosial yang sejatinya sudah terbentuk dari masa lalu. Modal sosial merupakan warisan dari para leluhur dan pendiri desa – desa di nusantara.
Selaras dengan hal tersebut, manusia sejatinya dilahirkan
sebagai makhluk sosial, yang ditandai dengan adanya interaksi sesamanya.
Dimanapun manusia hidup pasti tidak bisa lepas dari peran orang lain guna
mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya. Apalagi bagi manusia atau
penduduk yang tinggal di daerah pedesaan, interaksi sesama membawa dampak yang
sangat besar bagi kemajuan dan perkembangan di daerahnya.
Desa – desa di Indonesia sangat kaya akan modal sosial, namun
di satu sisi juga rentan terhadap modal sosial yang ada tersebut. Sebagai
penyangga kehidupan pemerintahan, kemasyarakatan dan pembangunan, desa memiliki
beragam ikatan sosial dan solidaritas sosial yang sangat kuat. Hal ini nampak
dalam dalam otonomi asli desa di mana swadaya dan gotong royong terbukti
sebagai tiang penyangganya. Disaat negara belum mampu menjangkau daerah pelosok
dan ppinggiran, masyarakat desa dengan kehidupan sosialnya telah eksis dalam
pembangunan wilayahnya.
Namun dibalik ikatan sosial dan solidaritas warga desa yang
tinggi, warga desa juga dihadapkan pada kerentanan sosial (social vulnerability) yang seringkali dihadapi. Bahkan kerentanan
sosial tersebut perlahan namun pasti jika tidak mampu diantisipasi akan
berpengaruh terhadap ketahanan sosial. Terjadinya
kelumpuhan ketahanan sosial (social
security) jika tidak di antisipasi akan terjadi diantara
warga desa. Kerentanan sosial akan terjadi disaat adanya gempuran dari luar
desa, semisal regulasi dari pemerintah, proyek pembangunan, narkoba, bencana
bahkan yang bersifat bantuan sosial semacam BLT (Bantuan Langsung Tunai)
sekalipun. Kita dapat mengambil contoh bagaimana warga berebut ketika adanya
pembagian BLT dari pemerintah, belum lagi terjadinya gesekan karena tidak semua
warga kebagian dalam pembagian BLT. Perpecahan dan terjadinya gap antar warga
kerap kali terjadi saat pembagian bantuan sosial dari pemerintah. Hal inilah
yang perlu mendapatkan perhatian bersama kita semua.
Selanjutnya meskipun desa kaya akan modal soial, namun sangat
disayangkan karena belum diimbangi dengan desa yang kaya dengan modal ekonomi.
Hal demikian disebabkan belum adanya transformasi modal sosial menjadi modal
ekonomi di lingkungan masyarakat pedesaan. Hal ini perlu mendapat perhatian
tersendiri dan tentunya harus di kaji lebih jauh. Sangat disayangkan desa –
desa yang secara alami sudah memiliki kekayaan modal sosial belum dimbangi
dengan kakayaan dalam modal ekonomi. Bagaimanapun kekayaan modal ekonomi akan
membawa warga masyarakay menuju desa yang jauh dari kemiskinan dan tercapainya
kemakmuran warganya.
Beberapa Modal Sosial Pedesaan
Modal sosial sangatlah penting artinya bagi warga masyarakat
yang tinggal di daerah pedesaan. Namun disaat mereka atau warga desa sering
melakukan interaksi sosial dan berada dalam lingkungan sosial, mereka banyak
yang belum sadar akan arti pentingnya modal sosial bagi pembangunan desa yang
bertujuan akhir tercapainya kesejahteraan warga desa. Warga hanya sekedar
menjalani kehidupan sosialnya tanpa mampu memaknai dan mengambil hikmah dalam
setiap kativitas sosialnya.
Menurut beberapa literatur dan referensi, ada beberapa tingkatan
dan manfaat modal sosial warga desa dalam meningkatkan pembangunan desa.
Sedangkan beberapa modal sosial yang ada jika dilihat dari grade atau tingkatnnya dalam menggerakan pembangunan desa, di
antaranya yakni :
- Ikatan sosial (social bonding), adalah bentuk dan level modal sosial dalam komunitas lokal yang paling bawah, dimana hubungan sosial (kerjasama dan kepercayaan) dibangun berdasarkan kesamaan identitas yang homogen atau berdasarkan ikatan parokhial (keagamaan, kekerabatan, kesukuan, dan lain-lain) yang lebih banyak berorientasi ke dalam secara eksklusif. social bonding yang bersifat parokhial merupakan modal sosial paling dangkal, yang tidak mampu memfasilitasi pembangunan ekonomi, desa bertenaga secara sosial, dan demokrasi lokal. Bahkan social bonding itu mengandung sejumlah sisi gelap: (a) anti terhadap orang lain; (b) hanya jago kandang; (c) pembatasan terhadap kebebasan individu; dan (d) mengabaikan norma, termasuk norma hukum. di berbagai komunitas desa di Indonesia biasanya di maknai sebagai “hubungan patronase dengan hirarkhi sosial-politik, kepemilikan tanah, dan ikatan keluarga”. Hubungan sosial semacam ini tentu bukanlah modal sosial yang mengutamakan kepercayaan, jaringan inklusif dan tanggungjawab, melainkan mengandalkan hubungan yang eksklusif, tertutup bahkan merusak hukum. KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme) tentu berangkat dari ikatan sosial semacam ini.
- Jembatan sosial (social bridging), merupakan bentuk modal sosial dalam komunitas lokal yang lebih terbuka, heterogen, melampaui ikatan parokhial, yang sangat cocok untuk membangun kerukunan dan perdamaian.Namun dalam social bridging belum mampu secara optimal sebagai modal pembangunan di desa meskipun secara umum baik pola pikir maupun adat istiadat mulai sedikit longgar. Kebiasaan warga desa sudah mulai terbuka dalam social bridging ini, hal ini ditandai dengan beragamnya mata pencaharian warga desa serta mulai munculnya kebiasaan – kebiasaan baru. Warga desa mulai terbiasa dengan sesuatu yang baru, karena adanya pembauran sebagian warga desa lokal dengan dunia luar desa. Pada social bridging, warga masyarakat pedesaan sudah mulai keluar dari kebiasaan lama serta tradisi yang turun temurun, dan berganti dengan kebiasaan yang baru. Dengan kata lain pada social bridging, terjadi proses peralihan kebiasaan warga masyarakat desa pada umumnya.
- Jaringan sosial (social linking), adalah modal sosial yang malampaui komunitas lokal, berorientasi keluar dan berja ringan lebih luas dengan dunia luar. Pada social linking, warga masyarakat pedesaan sudah mampu membangun jaringan sosial dengan warga masyarakat dari luar desa setempat. Adanya jaringan – jaringan tersebut akan menjadikan wawasan, pandangan dan pengalaman warga masyarakat desa meningkat. Sejalan dengan hal tersebut secara naluri akan membawa dampak terhadap perilaku dan kebiasaan warga masyarakat lokal desa setempat. Sedangkan social linking ini biasanya di pengaruhi dengan tingginya arus keluar masuk warga masyarakat setempat, misalnya dengan adanya urbanisasi, transmigrasi serta mutasi warga dari satu daerah ke daerah lainnya. Mereka akan dan mendapat berbagai pengalaman yang mampu di implementasikan di daerah pedesaan masing – masing. Pada tingkatan social linking, pembangunan warga masyarakat desa pada umumnya sudah ada pengaruhnya. Social linking banyak membawa perubahan terhadap kondisi sosial warga lokal desa, baik dari pendidikan , ekonomi, kebiasaan, pola pikir, pergaulan dan sebagainya. Modal sosial desa pada tingkatan ini diharapkan desa – desa sudah mengalami banyak perubahan dan membawa kemanfaatan yang bertujuan akhir menjadikan desa lebih kuat, maju dan berkembang.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Artikel yang bagus untuk pembangunan desa.
BalasHapus