“Jalan Besar” Wisata Lokal Pedesaan

Gambar
Musim liburan sebentar lagi tiba, baik liburan karena anak sekolah maupun libur karena hari besar keagamaan yang pasti semua akan dinantikan bagi setiap warga Indonesia. Hal ini tidaklah berlebihan mengingat di hari libur nan indah tersebut, banyak moment – moment yang mampu di lakukan warga masyarakat. Selain menjadi ajang silaturahim sebagai bentuk hubungan baik dengan keluarga, liburan biasanya dijadikan moment warga kota untuk dapat pulang ke tanah kelahirannya di desa – desa. Dalam memanfaatkan moment kebersamaan antar anggota keluarga maupun ajang silaturahim antar warga, tidaklah jarang warga masyarakat mencari tempat berkumpul yang agak nyaman terutama bagi keluarga besar yang memang berniat menjadikan moment liburan sebagai ajang reuni dan silaturahim. Selain tempat yang lapang dengan suasana yang berbeda, anggota keluarga juga dapat menjadikan sarana refreshing dalam pertemuan tersebut. Oleh karena itu biasanya warga menjadikan area wisata lokal sebagai destinasi dalam ...

Pentingnya Modal Sosial Dalam Pembangunan Desa


Desa – desa di Nusantara sungguh sangat kaya akan berbagai potensi lokal, baik yang berupa fisik maupun non fisik. Jika desa – desa mampu memaksimalkan potensi tersebut tidak ayal lagi desa – desa yang tadinya identik dengan kemiskinan, pengangguran dan keterbelakangan akan menjelma menjadi desa yang kuat, berdaya saing dan desa mandiri. Sedangkan salah satu potensi yang ada di pedesaan yakni adanya modal sosial yang sejatinya sudah terbentuk dari masa lalu. Modal sosial merupakan warisan dari para leluhur dan pendiri desa – desa di nusantara.

Selaras dengan hal tersebut, manusia sejatinya dilahirkan sebagai makhluk sosial, yang ditandai dengan adanya interaksi sesamanya. Dimanapun manusia hidup pasti tidak bisa lepas dari peran orang lain guna mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya. Apalagi bagi manusia atau penduduk yang tinggal di daerah pedesaan, interaksi sesama membawa dampak yang sangat besar bagi kemajuan dan perkembangan di daerahnya.

Desa – desa di Indonesia sangat kaya akan modal sosial, namun di satu sisi juga rentan terhadap modal sosial yang ada tersebut. Sebagai penyangga kehidupan pemerintahan, kemasyarakatan dan pembangunan, desa memiliki beragam ikatan sosial dan solidaritas sosial yang sangat kuat. Hal ini nampak dalam dalam otonomi asli desa di mana swadaya dan gotong royong terbukti sebagai tiang penyangganya. Disaat negara belum mampu menjangkau daerah pelosok dan ppinggiran, masyarakat desa dengan kehidupan sosialnya telah eksis dalam pembangunan wilayahnya.

Namun dibalik ikatan sosial dan solidaritas warga desa yang tinggi, warga desa juga dihadapkan pada kerentanan sosial (social vulnerability) yang seringkali dihadapi. Bahkan kerentanan sosial tersebut perlahan namun pasti jika tidak mampu diantisipasi akan berpengaruh terhadap ketahanan sosial.  Terjadinya kelumpuhan ketahanan sosial (social security) jika tidak di antisipasi akan terjadi diantara warga desa. Kerentanan sosial akan terjadi disaat adanya gempuran dari luar desa, semisal regulasi dari pemerintah, proyek pembangunan, narkoba, bencana bahkan yang bersifat bantuan sosial semacam BLT (Bantuan Langsung Tunai) sekalipun. Kita dapat mengambil contoh bagaimana warga berebut ketika adanya pembagian BLT dari pemerintah, belum lagi terjadinya gesekan karena tidak semua warga kebagian dalam pembagian BLT. Perpecahan dan terjadinya gap antar warga kerap kali terjadi saat pembagian bantuan sosial dari pemerintah. Hal inilah yang perlu mendapatkan perhatian bersama kita semua.

Selanjutnya meskipun desa kaya akan modal soial, namun sangat disayangkan karena belum diimbangi dengan desa yang kaya dengan modal ekonomi. Hal demikian disebabkan belum adanya transformasi modal sosial menjadi modal ekonomi di lingkungan masyarakat pedesaan. Hal ini perlu mendapat perhatian tersendiri dan tentunya harus di kaji lebih jauh. Sangat disayangkan desa – desa yang secara alami sudah memiliki kekayaan modal sosial belum dimbangi dengan kakayaan dalam modal ekonomi. Bagaimanapun kekayaan modal ekonomi akan membawa warga masyarakay menuju desa yang jauh dari kemiskinan dan tercapainya kemakmuran warganya.

Beberapa Modal Sosial Pedesaan

Modal sosial sangatlah penting artinya bagi warga masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan. Namun disaat mereka atau warga desa sering melakukan interaksi sosial dan berada dalam lingkungan sosial, mereka banyak yang belum sadar akan arti pentingnya modal sosial bagi pembangunan desa yang bertujuan akhir tercapainya kesejahteraan warga desa. Warga hanya sekedar menjalani kehidupan sosialnya tanpa mampu memaknai dan mengambil hikmah dalam setiap kativitas sosialnya.

Menurut beberapa literatur dan referensi, ada beberapa tingkatan dan manfaat modal sosial warga desa dalam meningkatkan pembangunan desa. Sedangkan beberapa modal sosial yang ada jika dilihat dari grade atau tingkatnnya dalam menggerakan pembangunan desa, di antaranya yakni :

  1. Ikatan sosial (social bonding), adalah bentuk dan level modal sosial dalam komunitas lokal yang paling bawah, dimana hubungan sosial (kerjasama dan kepercayaan) dibangun berdasarkan kesamaan identitas yang homogen atau berdasarkan ikatan parokhial (keagamaan, kekerabatan, kesukuan, dan lain-lain) yang lebih banyak berorientasi ke dalam secara eksklusif. social bonding yang bersifat parokhial merupakan modal sosial paling dangkal, yang tidak mampu memfasilitasi pembangunan ekonomi, desa bertenaga secara sosial, dan demokrasi lokal. Bahkan social bonding itu mengandung sejumlah sisi gelap: (a) anti terhadap orang lain; (b) hanya jago kandang; (c) pembatasan terhadap kebebasan individu; dan (d) mengabaikan norma, termasuk norma hukum. di berbagai komunitas desa di Indonesia biasanya di maknai sebagai “hubungan patronase dengan hirarkhi sosial-politik, kepemilikan tanah, dan ikatan keluarga”. Hubungan sosial semacam ini tentu bukanlah modal sosial yang mengutamakan kepercayaan, jaringan inklusif dan tanggungjawab, melainkan mengandalkan hubungan yang eksklusif, tertutup bahkan merusak hukum. KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme) tentu berangkat dari ikatan sosial semacam ini.
  2. Jembatan sosial (social bridging), merupakan bentuk modal sosial dalam komunitas lokal yang lebih terbuka, heterogen, melampaui ikatan parokhial, yang sangat cocok untuk membangun kerukunan dan perdamaian.Namun dalam social bridging belum mampu secara optimal sebagai modal pembangunan di desa meskipun secara umum baik pola pikir maupun adat istiadat mulai sedikit longgar. Kebiasaan warga desa sudah mulai terbuka dalam social bridging ini, hal ini ditandai dengan beragamnya mata pencaharian warga desa serta mulai munculnya kebiasaan – kebiasaan baru. Warga desa mulai terbiasa dengan sesuatu yang baru, karena adanya pembauran sebagian warga desa lokal dengan dunia luar desa. Pada social bridging, warga masyarakat pedesaan sudah mulai keluar dari kebiasaan lama serta tradisi yang turun temurun, dan berganti dengan kebiasaan yang baru. Dengan kata lain pada social bridging, terjadi proses peralihan kebiasaan warga masyarakat desa pada umumnya.
  3. Jaringan sosial (social linking), adalah modal sosial yang malampaui komunitas lokal, berorientasi keluar dan berja ringan lebih luas dengan dunia luar. Pada social linking, warga masyarakat pedesaan sudah mampu membangun jaringan sosial dengan warga masyarakat dari luar desa setempat. Adanya jaringan – jaringan tersebut akan menjadikan wawasan, pandangan dan pengalaman warga masyarakat desa meningkat. Sejalan dengan hal tersebut secara naluri akan membawa dampak terhadap perilaku dan kebiasaan warga masyarakat lokal desa setempat. Sedangkan social linking ini biasanya di pengaruhi dengan tingginya arus keluar masuk warga masyarakat setempat, misalnya dengan adanya urbanisasi, transmigrasi serta mutasi warga dari satu daerah ke daerah lainnya. Mereka akan dan mendapat berbagai pengalaman yang mampu di implementasikan di daerah pedesaan masing – masing. Pada tingkatan social linking, pembangunan warga masyarakat desa pada umumnya sudah ada pengaruhnya. Social linking banyak membawa perubahan terhadap kondisi sosial warga lokal desa, baik dari pendidikan , ekonomi, kebiasaan, pola pikir, pergaulan dan sebagainya. Modal sosial desa pada tingkatan ini diharapkan desa – desa sudah mengalami banyak perubahan dan membawa kemanfaatan yang bertujuan akhir menjadikan desa lebih kuat, maju dan berkembang.

Dari beberapa tingkatan modal sosial yang ada di desa – desa tersebut, sudah seharusnya desa – desa mampu menjalin kerjasama dan jejaring terhadap berbagai elemen yang berasal dari luar desa. Sudah banyak desa – desa di Nusantara mampu memajukan daerahnya karena tumbuhnya social linking. Kerjasam dari pihak eksternal baik dengan berbagai institusi, perusahaan maupun sekolah – sekolah yang ada terbukti telah mampu membawa desa ke arah yang lebih baik dan maju. Semoga semakin banyak desa – desa yang memiliki modal sosial yang berbasis pada social linking. 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembangunan Desa ; Harapan dan Tantangan

Inovasi Desa Lamahu di Gorontalo dengan Lamahu Command Center

“Embung Manajar” Surga Pelancong di Lereng Merbabu