Berdamai dengan Pandemi Covid-19
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Mendengar berita dan cerita tentang wabah corona, banyak variasi cara orang dalam mensikapinya. Ada yang ketakutan dan panik berlebihan hingga stres, ada yang menganggap enteng dan biasa – biasa saja terhadap wabah tersebut. Namun ada juga yang tenang – tenang saja seolah tidak terjadi apa – apa. Semua tergantung dari pribadi yang menerima informasi dan mengolah dalam alam pikirannya. Perlu kejernihan berfikir dalam setiap menerima informasi, sehingga kita mampu dengan baik menghadapi kondisi yang terjadi.
Sudah banyak upaya dan ikhtiar yang dilakukan, baik dari pemerintah sebagai penanggung jawab kehidupan warga, dari individu atau datang dari kelompok sosial. Langkah kongkrit sudah di jalankan dari mulai meningkatkan ketahanan tubuh dengan cara berjemur, minum herbal, penyemprotan disinfektan, jaga jarak aman dan lainnya. Tidak ketinggalan pemerintah mengeluarkan banyak kebijakan mulai dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sampai Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), sebagai kebijakan lanjutan dari pandemi ini. Semua di lakukan demi dapat menghentikan laju penyebaran wabah, yang semakin hari semakin banyak memakan korban nyawa. Saya termasuk orang yang optimis, bahwa dengan kesabaran dan ikhtiar yang dijalankan semua pihak, segala sesuatu akan mudah terlewati.
Fenomena terjadinya wabah corona di negara kita bukan hanya melanda satu daerah saja, namun juga terjadi di semua daerah termasuk di desa – desa. Hal ini dapat kita lihat dari tingkat penyebarannya yang sudah banyak terjadi di daerah pinggiran ini. Tidaklah aneh jika warga masyarakat desa mulai was – was dengan adanya “pagebluk” yang sedang melanda negeri ini. Banyak warga desa melakukan aksi “tutup desa” sebagai ungkapan anti terhadap para pendatang, terutama dari zona merah guna mengantisipasi terjadinya penularan. Zona merah (red zone) sendiri merupakan suatu daerah yang terdapat kasus covid-19 terlampaui tinggi atau menjadi episentrum dari wabah ini. Selain itu juga ada zona orange, zona kuning dan zona hijau dengan kriteria masing – masing. Bahkan ada yang menyebut suatu daerah dengan zona hitam.
Saya sendiri sebagai warga yang tinggal di pedesaan melihat sikap warga yang anti pendatang pada saat ini maklum adanya. Apalagi bagi kaum muda yang terbiasa mengikuti berbagai perkembangan berita tentang wabah corona termasuk dampaknya. Namun bagi kaum tua seperti ayah saya yang sudah berusia lebih dari 90 tahun, tampak biasa – biasa saja. Tidak dapat dipungkiri meskipun ada rasa keprihatinan dan sedikit kecemasan. Mereka tampak tenang dalam menyikapinya, dan hanya bisa berujar “nanti juga selesai sendiri semuanya”.
Memang jika saya perhatikan ada benarnya perkataan mereka, bahwa dibalik kesulitan pasti ada kemudahan. Namun sampai kapan berakhirnya dan harus berapa nyawa yang melayang itu yang menjadi persoalannya. Saya melihat banyak warga desa yang menyikapi suatu wabah dengan biasa – biasa saja dan tetap tenang. Bagi mereka ada atau tidak ada wabah, maka kehidupan akan terus berjalan tidak mungkin berhenti. Apapun kondisinya mereka seakan sudah terbiasa, apalagi melihat kondisi mereka yang terbiasa dengan keterbatasan.
Berpikir Positif dan TenangSegala anjuran
pemerintah untuk memutus rantai paparan wabah corona bagi warga desa selama ini
secara alami sudah dijalankannya. Disaat pemerintah menyerukan agar selalu jaga
jarak aman dengan berdiam diri, warga desa sudah terbiasa dengan hal ini.
Bagaimana mereka mau pergi ke pasar, daerah lain atau bahkan mall jika kantong
mereka minim. Atau ketika pemerintah menyerukan agar berjemur setiap pagi, bagi
warga desa bukan hal yang aneh untuk dijalankan. Setiap pagi rata – rata mereka
pergi ke ladang atau sawah bukan sekedar berjemur saja tapi lebih dari itu
untuk mencari nafkah.
Selain itu di masa lalu, di depan tiap rumah warga di Jawa khususnya ada “padasan”. Padasan sendiri bagi warga desa merupakan barang yang berharga kala itu, bukan karena nilai ekonomisnya namun manfaatnya. Setiap warga jika mau masuk rumah, dengan kesadaran mereka akan membersihkan diri di tempat tersebut dengan air yang mengalir dari pancurannya. Dengan begitu segala kotoran yang menempel di tangan dan kaki akan mudah dibersihkan. Sekarang di saat pemerintah menghimbau agar sering mencuci tangan, bagi warga desa sudah terbiasa melakukannya dari dahulu kala.
Di saat sekarang banyak yang melakukan karantina wilayah, isolasi, PSBB atau apapun namanya, bagi warga desa bukan lagi suatu hal yang asing. Pada masa penjajahan Belanda isolasi terhadap desa – desa sudah biasa terjadi. Hal ini dapat kita lihat dari sejarah desa dengan adanya penerapan Islandsche Gemeente Ordonnantie (IGO) tahun 1906 oleh pemerintah kolonial Belanda. Dimana IGO 1906 merupakan suatu aturan tertulis yang dikeluarkan bagi desa – desa di tanah air khususnya di Pulau Jawa dan Madura. Dalam peraturan tersebut secara tidak langsung mengisolasi desa – desa dengan daerah lain. Sedangkan tujuan isolasi bukan karena alasan kesehatan atau karena suatu wabah penyakit, tapi karena adanya unsur politis. Adanya isolasi desa pada saat itu menjadikan desa tetap dengan kebodohan dan keterbelakangannya karena tidak memiliki akses dengan daerah lain.
Begitu pula dalam menyikapi suatu wabah atau bencana, warga pedesaan tetap tenang dan selalu berpikiran positif. Warga pedesaan sudah terbiasa dengan segala keterbatasan dan damai dengan segala kondisi yang ada. Pikiran warga desa sangat sederhana, apapun yang terjadi dan dialami harus dijalani dan disyukuri. Mereka beranggapan bahwa hidup dan kehidupan sudah ada yang mengatur semua, dan mereka tinggal menjalani sebaik – baiknya. Warga masyarakat desa sudah biasa berdamai dengan segala kondisi. Selain itu tingkat kepasrahan mereka pada Tuhan sangatlah tinggi, oleh karenanya sifat socio-religius kental dalam kehidupannya.
Pikiran positif dan hati yang bersih warga masyarakat desa biasanya menjadikan mereka memiliki usia yang panjang. Selain tentu faktor – faktor yang lain juga menentukan panjang pendeknya usia seseorang. Banyak ahli kesehatan menekankan pentingnya menjaga pikiran positif dalam menghadapi suatu musibah/wabah. Para pakar kesehatan berpendapat bahwa mayoritas faktor kesembuhan seseorang ditentukan dari pikirannya. Dengan berpikir positif maka optimisme akan tumbuh dan dengan sendirinya imunitas tubuh akan muncul secara alami. Dan di saat wabah corona menggrogoti tubuh manusia, mereka akan menganjurkan menjaga kekebalan tubuh yang salah satunya dari menjaga pikiran kita.
Oleh karenanya jarang virus corona ini menyerang pada usia anak – anak dan cenderung menyerang manusia dewasa atau orang tua. Hal ini disebabkan anak – anak memiliki daya imun tubuh yang lebih baik. Dimana daya imun tersebut di peroleh dari pola pikir yang tidak berat (stres). Anak – anak cenderung lebih riang dalam kehidupannya karena tidak banyak beban masalah yang dipikirkan. Lain halnya bagi orang dewasa, segala sesuatu dalam kehidupan akan dipikirkan yang akhirnya membuat stres. Dengan pikiran yang kalut ditambah hati yang tidak tenang membuat tubuh rentan terhadap segala penyakit.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Covid-19 ini memang benar-benar ada disekitar kita. Berpsikap dan berpikiran positif adalah langkah terbaik yang dapat kita lakukan hingga saat ini disamping wabah ini mengingatkan kita untuk selalu manjaga kebersihan, kita juga diingatkan untuk selalu meminta pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
BalasHapusKalau dipikir lebih dalam sebenarnya wabah ini dapat sangat cepat berakhir jika kita menerapkan suatu system yang mana seluruh warga negara dibiarkan terjangkit oleh virus ini hingga setiap individu yang sudah terjangkit mempunyai kekebalan imunitas tubuh atas virus tersebut sehingga mereka yang sudah terjangkit akan kecil kemungkinannya untuk terjangkit kembali, namun cara ini sekiranya kurang tepat karena sangat besar resikonya bagi mereka yang memiliki imun tubuh lemah seperti orang yg mempunyai sakit dalam hingga lansia. Memang dengan PSBB ini adalah jalan terbaik yang dilakukan oleh pemerintah bagi kita semua untuk mempersempit ruang penyebaran COVID-19, dengan efektifitas pelaksanan yang semuanya kembali lagi kepada individual masing-masing. Semoga pandemic ini segera berlalu.
Pemerintah melalui Kemenkes saat ini sedang menggelar vaksinasi bagi seluruh warganya, dengan vaksinasi maka tubuh akan mendapatkan kekebalan terhadap virus covid-19, semoga hasilnya baik. Dan kita berharap, semoga pandemi ini lekas berlalu dari bumi.
BalasHapustanggapan saya tentang wabah virus corona di wilayah kita khusunya adalah kita harus mengikuti himbauan dan arahan untuk pencegahan penyebaran virus corona.
BalasHapussaran saya tentang wabah virus corona adalah hindari kontak,jasa umum,patuhi protokol kesehatan.
komentar saya tentang wabah virus corona adalah jalani hidup sehat bersama keluarga, bersikap positif tenang dan berolahraga.terimakasih .
Semoga pandemi covid 19 cepat berlalu dan kita semua bisa ambil hikmahnya, amin.
HapusSetelah membaca artikel yang berjudul “ Berdamai dengan Pandemi Covid-19” Menurut saya,artikel ini sangatlah membantu untuk mengendalikan pikiran kita untuk tetap tenang dan perpikir positif ,karena kalau hati dan pikiran kita tidak tenang akan membuat tubuh rentan terhadap segala penyakit yang akan menyerang tubuh kita yang lemah ini.Sebagaimana kita harus tetap berhati-hati dan berdoa kepada allah untuk memohon pertolongan dan tentunya juga harus tetap ikhtiar.
BalasHapusSemoga saja Covid-19 segera berakhir,Amin